Jumat, 29 April 2022

HADITS ARBAIN 42 (Imam Nawawi)

Hadits Arbain (Arab Latin Arti )

Hadits ke-1: Amal Tergantung Niat

Hadits ke-2: Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan

Hadits ke-3: Rukun Islam Hadits

Hadits ke-4: Proses Penciptaan Manusia dan Takdir yang Menyertainya

Hadits ke-5: Bahaya Bid’ah

Hadits ke-6: Halal dan Haram

Hadits ke-7: Agama adalah Nasihat

Hadits ke-8: Haram Darah Seorang Muslim

Hadits ke-9: Menjalankan Perintah Semampunya

Hadits ke-10: Meninggalkan yang Haram

Hadits ke-11: Tinggalkan Apa yang Meragukan

Hadits ke-12: Tinggalkan Apa yang Tidak Berguna

Hadits ke-13: Di Antara Kesempurnaan Iman

Hadits ke-14: Sebab-Sebab Darah Ditumpahkan

Hadits ke-15: Di Antara Akhlak Seorang Mukmin

Hadits ke-16: Jangan Marah

Hadits ke-17: Berbuat Baik Atas Segala Sesuatu

Hadits ke-18: Bertakwalah Kepada Allah

Hadits ke-19: Jagalah Allah, Maka Dia akan Menjagamu

Hadits ke-20: Malu Akhlak Para Nabi

Hadits ke-21: Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah!”

Hadits ke-22: Amalan yang Memasukkan ke Surga

Hadits ke-23: Setiap Manusia Berbuat

Hadits ke-24: Janganlah Kalian Saling Menzhalimi

Hadits ke-25: Setiap Kebaikan adalah Sedekah

Hadits ke-26: Setiap Persendian Wajib Bersedekah

Hadits ke-27: Kebaikan dan Dosa

Hadits ke-28: Mendengar dan Ta’at

Hadits ke-29: Pintu-Pintu Kebaikan

Hadits ke-30: Batasan-Batasan Allah

Hadits ke-31: Buah Zuhud

Hadits ke-32: Tidak Ada Bahaya dan Tidak Boleh Membahayakan

Hadits ke-33: Bukti Wajib Bagi Penuntut

Hadits ke-34: Merubah Kemungkaran

Hadits ke-35: Hamba-Hamba Allah adalah Bersaudara

Hadits ke-36: Keutamaan Akhlak dan Ilmu

Hadits ke-37: Kebaikan dan Keburukan

Hadits ke-38: Keutamaan Wali Allah

Hadits ke-39: Tiga Hal yang Allah Maafkan

Hadits ke-40: Hiduplah Laksana Musafir

Hadits ke-41: Mengikuti Syariat adalah Tiang Keimanan

Hadits ke-42: Luasnya Ampunan Allah


 

Hadits ke-1: Amal Tergantung Niat

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .

[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

 

‘an amiiril mu-miniina abii hafshi ‘umaro bin khothobi rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata:

Sami’tu rosuululloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallam yaquulu

Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

Innamaal amaalu bin niyyaati

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. 

Wa innamaa likulli amriyii maanawaa

Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.

Fa man kaanat hijrotuhu ilaalloohu wa rosuulihi fa hijrotuhu ilalloohu wa rosuulihi

Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.

Wa man kaanat hijrotuhu li dunyaa yushiibuhaa au amro-atin yankihuhaa fa hijrotuhu ilaa maa haajiro ilaihi

Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah ada) .

Diriwayatkan oleh al Bukhari (1) dan Muslim (1907).

 

Hadits ke-2: Pengertian Islam, Iman, dan Ihsan (Arkanuddin : pilar agama 3)

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  

[رواه مسلم]

‘an ‘umaro bin khothobi rodhiyalloohu ‘anhu aidhon qoola :

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata :

Bainama nahnu juluusun ‘inda rosuululloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallama dzata yaumin idz thola’a ‘alainaa rojulun syadiidu bayaadhits-tsiyaabi syadiidu sawaadisy-sya’ri , laa yuroo ‘alaihi –atsarus-safari, wa laa ya’rifuhu minnaa ahadun 

Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh , dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.

Hatta jalasa ilaan nabii shollalloohu ‘alaihi wa sallama fa-asnada rukbataihi ilaa rukbataihi wa wadho’a kaffaihi ‘alaa fakhidzaihi wa qoola :    

Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata:

Yaa Muhammad ahbirnii ‘anil Islaami ?

“ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”,

Fa qoola rosuululloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallama : Al islaamu antasyhada an laa ilaaha illaallooh wa anna muhammadan rosuulullooh, wa tuqimash -sholaata, wa tu-tiyaaz zakaata,wa tashouma romadhoona, wa tahujjal baita in istatho’ta ilaihi sabiilan.

 maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “,

Qoola : Shodaqta , fa ‘ajibnaa lahu yas-aluhu wa yushodiquhu.

 kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan.

Qoola : Fa ahbirnii ‘anil Imaani ?

Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “.

Qoola : Al imaanu antu-mina billaahi,wa malaaikatihi,wa kutubihi, wa rosuulihi , wal yaumil akhiri wa tu-mina bil qodari khoirihi wa syarrihi

Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “,

Qoola : Shodaqta

kemudian dia berkata: “ anda benar“. 

Qoola : Fa ahbirnii ‘anil Al Ihsan ?

Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “.

Qoola : anta’budallooha ka-annaka taroohu fa in lam takun taroohu fa innahu yarooka

Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” .

Qoola : Fa ahbirnii ‘anil saa’atu ?

Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”.

Qoola : Mal mas-ulu ‘anha bi-a’lama minas sa-i-li

Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “.

Qoola : Fa ahbirnii ‘anii  amaarotihaa ?

Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,

Qoola : an talidal –amatu robbataha, wa antarol hufaatal ‘urootal ‘alataa ri’aa-asy-syaa-i yatathoo, wal –uunafil bunyaani      

beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “,

tsumman tholaqo falabits-tu maliyyaan

 kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.

Tsumma qoola : Yaa ‘umaro –atdrii manis saa-ili ?

Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”.

Qultu : Allohu wa rosuuluhu –a’lama

aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “.

Qoola : faa innahu Jibriilu –ataakum yu’allimukum diinakum. “

Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

(Riwayat Muslim)

 

Hadits ke-3: Rukun Islam Hadits Islam Dibangun di atas Lima Dasar

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

‘an abii ‘abdirrohmani ‘abdillahi bin ‘umaro bin khothobi rodhiyalloohu ‘anhmumaa qoola :

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:

Sami’tu nabii shollalloohu ‘alaihi wa sallam yaquulu :

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Buniyaa  islaamu ‘alaa khomsin : syahaadati an laa ilaaha illaallooh wa -anna muhammadan rosuulullooh, wa -iqoomish -sholaata, wa –itaaiz zakaata, wa hajji baiti, wa shoumi romadhoona

”Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” 

(HR. Al Bukhari dan Muslim)[1]

[1] Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari (8 dan 4514) dan Muslim (16)

 

 

Hadits ke-4: Proses Penciptaan Manusia dan Takdir yang Menyertainya Takdir Setiap Manusia sudah Tertulis

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ      أَوْ سَعِيْدٌ.    فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا                              

[رواه البخاري ومسلم]

 

‘an abii ‘abdirrohmani ‘abdillahi bin mas’uudin rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata :

haddatsana rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallam wa huwash- shoodiqul mashduuqu

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan :

Inna ahadakum yujma’u kholquhu fii bathni –ummihi arba’iina yaumaan nuthfatan,tsumma yakuunu ‘alaqotan  mitsla dzalika,  tsumma yakuunu mudh-ghotan mitsla dzalika,

Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari.

Tsumma yursalu ilaihil malaku fa yinfukhu fiihir ruuhi , way u-miru bi-arba’i kalimaatin : bikatbi rizqihi, wa –ajalihi, wa ‘amalihi, wa syaqiyuun au saa’iidun  

Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.

Fa walloohil ladzii laa ilaha ghoiruhu,  Inna ahadakum laya’malu bi ‘amali –ahlil jannati hatta maa yakuunu bainahu wa bainahaa illaa dziroo’un fa yasbiqu ‘alaihil kitaabu fa ya’malu bi ‘amali –ahlin naari fa yad khuluhaa 

Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka.

Wa inna ahadakum laya’malu bi ‘amali –ahlin naari hatta maa yakuunu bainahu wa bainahaa illaa dziroo’un fa yasbiqu ‘alaihil kitaabu fa ya’malu bi ‘amali –ahlil jannati fa yad khuluhaa 

sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga.

(Riwayat Bukhori dan Muslim).

Diriwayatkan oleh Al Bukhari (no. 3208, 3332, 6594, 7454) dan Muslim (no. 2643).

 

 

Hadits ke-5: Bahaya Bid’ah  Larangan Membuat Sesuatu yang Baru dalam Agama

 

عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ: “مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ” رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ. وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: “مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهَ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ”

 

‘an –ummil mu-miniina –ummi ‘abdillahi ‘aa-isyata rodhiyalloohu ‘anhaa qoola :

“Dari Ummul Mukminin, Ummu Abdillah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Man ahdatsa fii –amrinaa hadzaa maa laisa minhu fa huwa roddun

“Barangsiapa yang (memulai) mengada-adakan (sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) kami ini yang bukan termasuk bagian darinya, maka amalan tersebut tertolak.” 

(HR. Bukhari dan Muslim)[1]

[1] Diriwayatkan oleh al Bukhari (2697) dan Muslim (1718)

Wa fii riwayatin li Muslim : Dalam riwayat Muslim disebutkan:

Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi –amrunaa fa huwa roddun

 ”Barangsiapa yang mengerjakan sebuah amalan yang tidak terdapat padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.”[2]

[2] Diriwayatkan oleh Muslim (1718) dan diriwayatkan oleh al Bukhari secara mu’allaq dalam Kitab al Buyu’ Bab An Najsy (4/356, Al Fath) dan Kitab al I’tishom bil Kitab Wa as Sunnah Bab Idza Ijtahada al ‘Amil au al Hakim fa Akhtho’a (13/317, Fath)

 

Hadits ke-6: Halal dan Haram Segala Hal yang Haram dan yang Halal telah Jelas

 

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى  الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ  لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ   مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

[رواه البخاري ومسلم]

‘an abii ‘abdillahin Nu’maani bin Basyiirin rodhiyalloohu ‘anhmumaa qoola :

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata:

Sami’tu rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama yaquulu :

Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

Innal halaala bayyiinun wa innal haroma bayyiinun

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas.

Wa bainahumaa –umurun musytabihatun laa ya’lamuhunna katsiirun minan naasi.   

Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak.

Fa manit taqoosy syubuhaati fa qod astabro-a li diniihi wa ‘irdhihi

Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.

Wa man waqo’a fiisy syubuhaati wa qo’a fiil haroomi 

Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.

Kaar ro-ii yar’aa haulal himaa yuusyiku an yarta’a fiihi      

Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya.

-alaa wa inna likulli malikin himma wa –inna himmalloohi mahaarimuhu –alaa

Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan.

Wa innal jasadi mudh-ghotan idza sholahat  sholahal jasadu kulluhu wa idza fasadat  fasadal jasadu kulluhu –alaa wa hiyal qolbu

Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “.

(Riwayat Bukhori dan Muslim)

[1] Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari no. 52, 2051 dan Muslim no. 1599

 

Hadits ke-7: Agama adalah Nasihat Agama Ini adalah Nasehat

عَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْم بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: للهِ، وَلِكِتَابِهِ، ولِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

‘an abii ruqoyyata tamiim bin –Ausid darii rodhiyalloohu ‘anhu  :

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Innan nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

 “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Ad diinun nashiihata

”Agama itu nasihat.” 

Qulnaa : Li man ?

Kami bertanya: ”Untuk siapa?”

Qoola :Allooh, wa li kitaabihi, wa li rosuulihi, wal –aimmatil muslimiina wal ‘aammatihim.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.”

Diriwayatkan oleh Muslim (no 55), al Bukhari secara mu’allaq dalam Kitab al Iman, Bab: “Sabda Nabi   shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Agama itu nasihat, untuk Allah subhanahu wa ta’ala, untuk Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.”

 

Hadits ke-8: Haram Darah Seorang Muslim Terjaganya Darah dan Harta Seorang Muslim

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهَمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى. رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ

‘an ibni ‘umaro rodhiyalloohu ‘anhmumma :

 “Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

‘anna rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

 ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: 

-amirtu –anqootilan naasa hatta yasyhaduu –an laa ilaaha illaallooh wa -anna muhammadan rosuulullooh, wa yuqiimuush sholaata , wa yu-tuuz zakaata. Faa –idza fa ‘aluu dzalika ‘ashomuu  minii dimaa-ahum wa amwalahum illaa bi haqqil –islaami wa hisaabuhum ‘alaalloohi ta’aalaa

”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Maka apabila mereka telah melakukan itu semua, maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka (hisab) di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.” 

(HR. Al- Bukhari dan Muslim)

[1] Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari (25) dan Muslim (22)

 

Hadits ke-9: Menjalankan Perintah Semampunya Kerjakanlah Perintah yang Kamu Mampu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ؛ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ) رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ

‘an -abii hurairota ‘abdir rohmaanibni shokhrin rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata :

Sami’tu rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama yaquulu :

Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

Maa nahaitukum ‘anhu faajtanibuuhu , wa maa –amartukum bihi fa-atuuminhu mastatho’tum

Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian.

Faa-innamaa ahlakad diina min qoblikum katsrotu masaa-ilihim wakhtilaa fahum ‘alaa anbiyaa-ihim

Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka.

(Bukhori dan Muslim)

Diriwayatkan oleh al Bukhari (7288) dan Muslim (1337)

 

Hadits ke-10: Meninggalkan yang Haram Allah Mahabaik dan Hanya Menerima yang Baik

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: (إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبَاً وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ: (يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحاً) (المؤمنون: الآية 51) ، وَقَالَ: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) (البقرة: الآية 172)،ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ta’aalaa ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Innallooha ta’aalaa thoyyibun laa yaqbalu illaa thoyyiban

“Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. 

Wa innallooha –amarom mu-miniina bimaa amaro bihi mursalina qoola :

Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan sesuatu yang Allah perintahkan pula kepada para rasul. 

Yaa ayyuhar rosuulu kuluu minath thoyyibaati  waa’maluu shoolihaan

Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ”Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih.” (Al muu-minuun al aayat 51)

Wa qoola : Yaa ayyuhaal ladziina –aamanuu kuluu min thoyyibaati  maa rozaqnakum  

Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian.” (Al baqoroh al aayat 172)

Tsumma dzakaror rojula yuthilus safaro asy’atsa aghbaro yamuddu yadaihi ilaas samaa-i : yaa Robbi, yaa Robbi ; wa math’amuhu haromun ,wa masyrobuhu  haromun, wa malbasuhu  haromun wa gudz-dziya bi haromi fa –anna yustajaabu li dzalika

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang dalam keadaan dirinya kusut dan kotor, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,” namun makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram dan kenyang dengan sesuatu yang harom, lalu bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?.” 

(HR. Muslim)

Diriwayatkan oleh Muslim (1015)

 

Hadits ke-11: Tinggalkan Apa yang Meragukan Tinggalkanlah Sesuatu yang Membuatmu Ragu

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الحَسَنِ بنِ عَلِيّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ سِبْطِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ. رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَالنَّسَائِي وَقَالَ التِّرْمِذِيّ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

‘an -abii Muhammadin Hasan ibni ‘aliyyib ni tholibin sibthi rosuulillaahi shollalloohu ‘alaihi wa sallama wa roihaanatihi rodhiyalloohu ta’aalaa ‘anhumaa qoola :

Dari Abu Muhammad Al Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, cucu kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata:

Hafizhotu min rosuulillaahi shollalloohu ‘alaihi wa sallama : da’maa yaroibuka –ilaa maa laa yariibuka

‘Aku hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Tinggalkanlah sesuatu yang membuatmu ragu, dan kerjakanlah sesuatu yang tidak membuatmu ragu.” 

(HR. At Tirmidzi dan An Nasa’i. At Tirmidzi berkata: Bahwa hadits ini derajatnya hasan shahih)

 

Hadits ke-12: Tinggalkan Apa yang Tidak Berguna Meninggalkan Perkara yang tidak Bermanfaat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

[حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا].

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Min husni islaami mar-i tarkuhu maa laa ya’niihi

”Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” 

(Hadits Hasan, diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan selainnya seperti ini)

 

Hadits ke-13: Di Antara Kesempurnaan Iman Mencintai Kebaikan untuk Saudaranya

عَنْ أَبِيْ حَمْزَة أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ) رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ

‘an -abii hamzah  -anasibni maaliki rodhiyalloohu ta’aalaa ‘anhu khodimin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama:

Dari Abu Hamzah –Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu– pembantu Rasulullah,

‘an nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: 

Laa yu-minu ahadukum hatta yuhibbal -akhiihi maa yuhibbun li nafsihi

”Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman (dengan keimanan yang sempurna) sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.”

 (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

Hadits ke-14: Sebab-Sebab Darah Ditumpahkan Tidak Halal Darah seorang Muslim

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: (لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بإِحْدَى ثَلاثٍ: الثَّيِّبُ الزَّانِيْ، وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ، وَالتَّاركُ لِدِيْنِهِ المُفَارِقُ للجمَاعَةِ) رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ.

‘an abni mas’uudin rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Qoola rosuululloohi :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Laa yahillu  damum riyyi muslimin illaab –ihdaa tsalatsin  tsayyibuz zanii, wa nafsu bin nafsi, wat taaroku li diinihi  mufaariqul jamaa’ati

”Tidak halal darah seorang muslim (untuk ditumpahkan) kecuali karena salah satu dari 3 perkara: tsayyib (orang yang sudah menikah) yang berzina, jiwa dengan jiwa (qishash) dan orang yang meninggalkan agamanya (murtad) serta memisahkan diri dari jama’ah (kaum muslimin).

(HR al Bukhari dan Muslim).

 

Hadits ke-15: Di Antara Akhlak Seorang Mukmin Barangsiapa Beriman kepada Allah dan Hari Akhir

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

[رواه البخاري ومسلم]

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Inna rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

Man kaana yu-minu billaahi wal yaumil –akhiri fal yaqul khoiron au li yashmut , wa man kaana yu-minu billaahi wal yaumil –akhiri fal yukrim jaarohu, wa man kaana yu-minu billaahi wal yaumil –akhiri fal yukrim dhoifahu

Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya 

(HR. al Bukhari dan Muslim)

 

Hadits ke-16: Jangan Marah Janganlah Engkau Marah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِيْ، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لاَ تَغْضَبْ (رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ)

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu 

-anna rojulaan  qoola lin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama : au shinii

bahwasanya ada seseorang yang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Berilah aku nasihat.” 

Qoola : laa tagh-dhob , faroddada mirooran , qoola :  laa tagh-dhob

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Janganlah engkau marah.” Diapun mengulanginya beberapa kali, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Janganlah engkau marah.” 

(HR. Al Bukhari).

 

Hadits ke-17: Berbuat Baik Atas Segala Sesuatu Kewajiban Berlaku Ihsan pada Segala Sesuatu

عَنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّادِ بنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلّم قَالَ: (إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ. فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوْا اْلقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ

‘an -abii ya’laa syaddadibni -ausin rodhiyalloohu ta’aala ‘anhu

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu 

‘an rosuulillaahi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

Innallooha katabal ihsaana ‘alaa kulli sya-iin. Fa idza qotaltum fa ahsinu qitlata, wa idza dzabahtum  fa ahsinudz dzibhata , wal yuhidda ahadukum syafrotahu wal yurih dzabiihatahu

”Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan perbuatan ihsan (baik) pada tiap-tiap sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihannya.” 

(HR Muslim)

 

Hadits ke-18: Bertakwalah Kepada Allah Bertakwalah di manapun Engkau Berada

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “

[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

 

 

‘an -abii dzarro jundub ibn junaadata wa abdir rohmani mu’aadz ibn jabalin rodhiyalloohu ‘anhuma

Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma

‘an rosuulillaahi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda :

Ittaqillaaha haitsu maa kunta

Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada,

Wa atbi’is sayyi-atil hasanata tamhuhaa

iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya

Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasanin

dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “

(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).

 

Hadits ke-19: Jagalah Allah, Maka Dia akan Menjagamu

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ  يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ

[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].

 

‘an –abiil  ‘abbaasi ‘abdillaahibni ‘abbasi rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola

Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata :

Kuntu kholfan nabiyyi shollallohu ‘alaihi wa sallama yaumaan fa qoola

Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda :

Yaa ghulaamu –innii–u ’allimuka kalimaatin  : ahfazhillaahi yahfizhka

Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, ahfazhillaahi tajid-hu tujaahaka. –idza sa-alta fas-alillaaha, wa idzas ta’anta faasta’in billaahi  

Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.

Waa’lam –annal -ummata laujtama’at ‘alaa  -an yanfa’uuka bisy sya-iin lam yanfa’uuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu laka

Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu,

Wa –inijtama’uu ‘alaa –an yadhurruuka bisy sya-iin lam yadhurruuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu ‘alaika  

dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu.

Rufi’atil –aqlamu wa jaffatish - shuhufi  

Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.

 (HR. at Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan shahih)[1]

[1]  Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2516)

Dalam riwayat selain riwayat at Tirmidzi, dengan lafadz: 

ahfazhillaahi tajid-hu -amaamaka. Ta’arrof ilalloohi fiir rokhoo-i ya’rifka fiisy syiddati       

”Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, ingatlah Allah dalam keadaan engkau lapang, niscaya Dia akan mengingatmu dalam keadaan engkau sulit.

Waa’lam –anna maa –akh-tho-aka lam yakun li yushiibaka , wa maa -ashoobaka lam yakun li yukh-thiaka

Dan ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang Allah tetapkan luput darimu, niscaya tidak akan pernah menimpamu. Dan segala sesuatu yang telah ditetapkan menimpamu, maka tidak akan luput darimu.

Waa’lam –annan nashro ma’ash-shobri , wa –annal faroja ma’al karbi , wa –anna ma’al usri yusroo 

Ketahuilah, bahwa pertolongan itu bersama kesabaran dan kelapangan itu bersama kesulitan dan bersama kesukaran itu ada kemudahan.”[2]

[2]  Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al Musnad (1/307), Hannad dalam az Zuhdu (1/304), ‘Abd bin Humaid dalam Musnadnya (hal. 214), ath Thabarani dalam al Kabir (11243), al Hakim dalam al Mustadrak (3/623), al Lalika’i dalam I’tiqad Ahlis Sunnah (4/614) dan al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (2/27)

 

Hadits ke-20: Malu Akhlak Para Nabi

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

[رواه البخاري ]

‘an abni mas’uudin uqbata bin ‘amrii -anshooriil badrii rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata:

Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Inna mimaa adrokan naasu min kalamin nubuwwati  -uulaa : idzaa lam tastahi  faashna’ maa syi’taa

Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah :  Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka

(Riwayat Bukhori)

Diriwayatkan oleh al Bukhari (6120)

 

Hadits ke-21: Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah!” Katakan: Aku Beriman kepada Allah

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

[رواه مسلم]

‘an -abii ‘amr wa qiila –abii ‘amrota ‘a suufyaanubni ‘abdillaahits- tsaqofii  rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata,

Qultu : Yaa rosuulalloohi qul lii fiil islaami qoulaan laa as-alu ‘anhu ahadan ghoiroka.

saya berkata :  Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu.

Qul aamantu billaahi tsummas taqim

Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.

(Riwayat Muslim).

 

Hadits ke-22: Amalan yang Memasukkan ke Surga Apakah Aku akan Masuk Al-Jannah?

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ جَابِر بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَارَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا أَأَدْخُلُ الَجَنَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: وَاللهِ لاَ أَزِيْدُ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا. رواه مسلم. ومعنى حرمت الحرام : اجتنبته. ومعنى أحللت الحلال : فعلته معتقدا حله.

an -abii abdillaahi jaabir bni abdillaahi –anshooriyi rodhiyalloohu ‘anhumaa:

 “Dari Abu ‘Abdillah Jabir bin ‘Abdillah  Al Anshari radhiyallahu ‘anhu,

‘amna rojulan sa-ala rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama fa qoola :

bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata:

Yaa rosuulalloohi –aro –aita –idza shollaitush sholawatil maktuubaati , wa shumtu romadhoona, wa ahlaltul halaala wa harromtul harooma wa lam azid ‘alaa dzalika syaai-aan adkhulul jannata ?  

 ”Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengerjakan shalat-shalat wajib (lima waktu), puasa Ramadhan, aku menghalalkan apa yang halal dan aku mengharamkan apa yang haram serta aku tidak akan menambahnya dengan sesuatupun selain itu, apakah aku akan masuk jannah?” 

Qoola : Na’am.

Beliau menjawab:”Ya.”

Qoola : Walloohi laa –aziidu ‘alaa dzalika syaai-aan,

Dia berkata: Demi Allah , aku tidak akan menambahnya dengan sesuatupun.” (HR. Muslim)[1]

Makna :”Aku mengharamkan apa yang haram” adalah aku menjauhinya, sedangkan makna ”menghalalkan apa yang halal” adalah aku akan mengerjakannya dengan meyakini kehalalannya.

[1] Diriwayatkan oleh  Muslim (15)

 

Hadits ke-23: Setiap Manusia Berbuat Kesucian itu Separuh dari Iman

عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْحَارِثِ بْنِ عَاصِمٍ الأَشْعَرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: الطُّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأَنِ –أَوْ تَمْلأُ- مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعُ نفْسَهُ فَمُقْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا. رواه مسلم.

an -abii maalikin al haaritsibni ‘aashimil asy’arii  rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Malik Al Harits bin ‘Ashim Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Ath- thohuru syathruu –imaani, walhamdulillaahi tamlal miizani, wa subhaanalloohi tamlani au tamlaa maa bainas samaa-i wal ardhi , wash sholatu nuurun, wash shodaqotu burhaanun, wash shobri dhiya’uun, wal qur-aanu hujjatun laka au ‘alaika. Kullun naasi yaghdu fa baa-i'u nafsahu fa muqtaquha au muubiquhaa        

”Kesucian itu separuh dari iman, (ucapan) Alhamdulillah (Segala puji hanya bagi Allah) memenuhi timbangan, (ucapannya) Subhanallah (Maha Suci Allah) dan Alhamdulillah (Segala Puji hanya bagi Allah) keduanya memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah burhan (bukti), sabar itu dhiya’ (cahaya yang disertai rasa panas). Al Qur’an itu bisa menjadi hujjah bagimu atau hujjah atasmu. Setiap orang berangkat di pagi hari sampai menjual dirinya sehingga dia membebaskannya atau membinasakannya.” 

(HR Muslim)[1]

[1] Diriwayatkan oleh  Muslim (223) dari jalan Zaid dari Abu Salam dari Abu Malik Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu.

 

Hadits ke-24: Janganlah Kalian Saling Menzhalimi

عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ  ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ   مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ .   يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ    وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .

[رواه مسلم]

`An Abi dzarril-ghifaari rodhiyalloohu ‘anhu

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu

Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam, fiimaa yarwihi ‘an robbihi ‘azza wa jalla annahu Qoola :

dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman:

:"Yaa ‘ibaadii inni harromtuzh zhulma ‘alaa nafsii wa ja’altuhu bainakum muharroman fa laa tazhoolamu.

Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim.

Yaa ‘ibaadii kullukum dhollun illaa man hadaituhu fastahduunii ahdikum.

Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah.

Yaa ‘ibaadii kullukum ja-i'un illaa man ath’amtuhu fastath’imuni uth’imkum.

Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan.

Yaa ‘ibaadii kullukum ‘aarin illaa man kasautuhu, fastaksuuni aksukum.

Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian.

Yaa ‘ibaadii innakum tukhti-una bil-layli wan-nahaari wa ana aghfirudz-dzunuba jami’an fastaghfiruni, aghfir lakum.

Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.

Yaa ‘ibaadii innakum lan tablughu dhurri fatadhurruni wa lan tablughu naf`i fatanfa`uni.

Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku.

Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanu ‘alaatqo qolbi rojulin wahidin minkum maa zaada dzalika min mulki syai-aan.

Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. 

Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu ‘alaa afjari qolbi rajulin wahidin minkum, maa naqsho dzalika min mulki syai-aan.

Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga.

Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum qoomuu fii sho’idin wahidin fasa-aluuni faa’thoitu kulla wahidin mas-alatahu, maa naqosho dzalika mimma ‘indi illaa kamaa yanqushu l-makhiitho idza udkhilal-bahro

Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan.

Yaa ‘ibaadii innama hiya a’maalukum uh-shihaa lakum, tsumma -auufiikum iyyaahaa, fa man wajada khoiron fal-yahmadillaaha , wa man wajada ghoiro dzalika falaa yalau manna illaa nafsahu

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.

(HR. Muslim)[1]

[1] Diriwayatkan oleh Muslim (2577)

 

Hadits ke-25: Setiap Kebaikan adalah Sedekah Bersedekah tidak harus dengan Harta

 

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ أَيْضًا:أَنَّ أُنَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: يَارَسُوْلَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالأُجُوْرِ, يُصَلُّوْنَ كَمَانُصَلِّيْ, وَيَصُوْمُوْنَ كَمَانَصُوْمُ, وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ, قَالَ:(أَوَلَيْسَ قَدْجَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَاتَصَدَّقُوْنَ, إِنّ َبِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً, وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً, وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً, وَكُلَّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً, وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً, وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةً, وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً), قَالُوا:يَارَسُوْلَ اللَّهِ أَيَأْتِيْ أَحَدُنَاشَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟, قَالَ:(أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِيْ حَرَامٍ, أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَالِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِيْ الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ).رَوَاهُ مُسْلِمٌ

 

`An Abi dzarril-ghifaari –aidhoon

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu juga,

Anna naasan min shohaabi rosuulillaahi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola lin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama:

bahwa ada sekelompok shahabat  berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Yaa rosuulalloohi dzahaba ahlud dunuuri bil ajuuri yusholluna kamaa nushollii, wa yushoumuuna kamaa nashoumu, wa yatashoddaquuna bifudhuuli amwalihim 

”Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi membawa pahala-pahala mereka. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami juga berpuasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedangkan kami tidak bisa bersedekah).”

Qoola : aw laisa qod ja’alalloohu lakum maata shoddaquun, Inna bi kulli tasbiihatin shodaqotan, wa kulli takbirotin shodaqotan, wa kulli tahmidatin shodaqotan, wa kulli tahlilatin shodaqotan. Wa amrun bil ma’ruufi shodaqota, wa nahyi ‘anil munkari shodaqota. Wa fii budh’ ahadikum shodaqota.      

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan buat kalian sesuatu untuk kalian bisa bersedekah dengannya? Sesungguhnya setiap tasbih itu adalah sedekah, dan setiap takbir itu adalah sedekah, dan setiap tahmid itu adalah sedekah, dan setiap tahlil itu adalah sedekah, memerintahkan kepada hal yang ma’urf itu adalah sedekah, mencegah dari hal yang mungkar itu adalah sedekah, dan dalam kemaluan kalian itu juga terdapat sedekah.

Qoola: yaa rosuululloohi (shollalloohu ‘alaihi wa sallama) yaatii –ahdanaa syahwatahu wa yakunu lahu fiihaa ujrun ?

Mereka berkata:”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Apakah salah seorang dari kami jika menyalurkan syahwatnya (dengan benar) dia akan mendapatkan pahala?”

Qoola: aro –aitum lau wadho’ahaa fii haroomin akaana ‘alaihi fiihaa wizrun ? Fa kadzalika idza wadho’ahaa fii halaalin kaana lahu ujrun.

Beliau bersabda:”Bagaimana pendapat kalian  jika disalurkan pada yang haram, bukankah dia berdosa? Maka demikian pula kalau disalurkan pada yang halal tentu dia memperoleh pahala.” 

(HR. Muslim)[1]

[1] Diriwayatkan oleh muslim (1006)

 

Hadits ke-26: Setiap Persendian Wajib Bersedekah Setiap Persendian Ada Sedekahnya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلُّ يَومٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ: تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُه عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata:

Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Kullu sulaama minan naasi ‘alaihi shodaqotun kullu yaumin tathlu’u fiihisy syamsu.

”Setiap persendian dari manusia itu ada sedekahnya pada setiap hari yang matahari terbit padanya.

Ta’dilu bainats tsanaini shodaqotun. Wa tu’iinur rijula fii dabbatihi fatahmilahi ‘alaihaa au tarfa’u lahu ‘alaihaa mataa ‘ahu shodaqotun. Wal kalimatath-thoyyibata shodaqotun. Wa bi kulli khuthwatin tamsyiiihaa ilaash sholaati shodaqotun.   Wa tumiith –adzaa ‘anith-thoriiqi shodaqotun.

Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang dalam urusan kendaraannya membantunya agar bisa menaiki kendaraannya atau engkau angkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya itu juga sedekah. Sebuah ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang kamu ayunkan menuju tempat shalat adalah sedekah dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah”. 

 (HR. Bukhari dan Muslim)[1]

[1] Diriwayatkan oleh Al Bukhari (2989) dan Muslim (1009)

 

Hadits ke-27: Kebaikan dan Dosa

 

عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ مُسْلِم] .

وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ “

[حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن]

‘an –nawwasibni sam’aana rodhiyalloohu ‘anhu :

Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu,

Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam qoola:

dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :

Al birru husnul khuluqi wal itsmu maa haaka fii nafsika wa karihta an yathli’a ‘alaihin naasu

 “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui  manusia “

(Riwayat Muslim)

[1] Diriwayatkan oleh Muslim (2553)

Wa ‘an –wabishotabni ma’bad rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata :

-atiitu rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama fa qoola :

Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda :

Ji-ta tas-alu ‘anil birri ? Na’am

Engkau datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjawab : Ya.

Istafti qolbaka.

Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu,

Al birru maa-thmaannat ilaihin nafsu wa athmaannaa ilaihil qolbu Wa ilaa itsmu maa haaka fiin nafsi wa tarodda da fish shodri ; wa in aftaakan naasu wa aftauka

kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.

(Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)

[2] Diriwayatkan ahmad (4/227) dan Ad Darimi (2/246)

 

Hadits ke-28: Mendengar dan Ta’at Mendengar dan Taat kepada Penguasa


عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بِنْ سَارِيَةَ رضي الله عنه قَالَ: وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُبُ, وَذَرَفَتْ مِنْهِا الْعُيُونُ, فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ, كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ, فَأَوْصِنَا, قَالَ:” أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ, وَالسَّمْعِ وَالطَّاعةِ, وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ, فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ, عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ, وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ, فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةً ضَلاَلَةٌ.”

 رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ, وَقَالَ:حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

‘an abii najiihil  irbadhobni sariyata rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama mau’izhota wa jilat minhaal qulubu wadzarofat minhaal ‘uyuunu, fa qulnaa :

‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang menyebabkan hati bergetar dan air mata berlinang, lalu kami berkata:

yaa rosuulalloohi, ka-innaha mau’izhotan muwaddi’ fa -aushina

‘Ya Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat orang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat!

Qoola : -uushiikum bit taqwalloohi azza wa jalla was sam’a wa tho-ati ~ wa in ta-maro ‘alaikum ‘abdun habsyii

Beliau bersabda: ”Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada penguasa) meskipun kalian diperintah oleh seorang budak Habasyi.

Fa innahu man ya’isy minkum fa sayarookhtilafaan katsiroon’

Dan sesungguhnya siapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak.

Fa ‘alaikum bis sunnatii wa sunnatil khulafaa-ir rosyidiinal mahdiyyiin   

Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk.

‘Adh-dhuu ‘alaiha bin nawajidi, wa iyyaakum wamuhdatsaatil ‘umuuri fa inna kulla bid’ata dholalaatan    

Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena setiap bid`ah adalah sesat.” 

( HR. Tirmidzi dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)[1].

[1]  Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4607) dan At Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42, 43, 44), Ahmad (4/126), Ad Darimi (95) At Thabrani dalam Al Kabir (263), Ibnu Hibban (1/178), Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/176) dan Al Baihaqi dalam Al Kubra (10/114).

 

Hadits ke-29: Pintu-Pintu Kebaikan Pintu-pintu Kebaikan

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ   عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ  بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ  الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ   اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : } تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ-  يَعْمَلُوْنَ{ُ ثمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ  عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ   يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]

‘an mu’aadzibni jabalin rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Mu’az bin Jabal radhiallahuanhu dia berkata :

Qultuu yaa rosuulalloohi, -akhbirnii bi’amalin yudkhollanii jannata wa yubaa’idunii ‘anin naari

Saya berkata : Ya Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan saya dari neraka,

Qoola laqod saa-ta ‘an ‘azhiimin, wa innahu layasiirun ‘alaa man yassarohulloohu ta’aalaa ‘alaihi :  : ta’budullooha laa tusyriku bihi syai-aan, wa tuqiimush sholaata, wa tu-tiyaz zakaata, wa tashuumu romadhoona, wa tahujjul baita 

beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, : Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji.

Tsumma qoola alaadulaka ‘alaabwabi khoiri ? ash-shoumu junnatun, wash shodaqotu tuthfi-ul khothii-ata kamaa yuthfi-ul ma’un naaro, wa sholaatur rojuli fi jaufil laili  

Kemudian beliau (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda: Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu surga ?; Puasa adalah benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail),

Tsumma qoola al akhbiruka bi ro-si amri wu’amudihi wa dzirwati sanamihi ? qultu bal layaa ‘anil madhoji’i hatta balagho ya’maluun

kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya) : “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….”.

Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya ?,

Fa qultu balaa yaa nabiyyillaahi

aku menjawab : Mau ya Nabi Allah.

rosuulalloohi qoola: ro-sul umri islaamu, wa ‘amuduhush sholaatu, wa tusanaamihil jihaadu.

Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad.

Tsumma qoola al akhbiruka bi malaaki dzalika kulihi

Kemudian beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu ?,

Fa qultu balaa yaa rosuulalloohi

saya berkata : Mau ya Rasulullah.

Fa khoda bil lisaanihi wa qoli : kuffa ‘alaika hadzaa

Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk).

Qultu : yaa nabiyyillaahi wa inna lamu-a khodzuna bimaa natakalamma bihi 

Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?,

Fa qoola tsakilatka –ammuka, wa hal yakubba naasu fii naari ‘alaa wujuhihim – au qoola ‘alaa manaajirihim  ilaa hashoidul sinatihim  

Beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka .

(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih) [1]

[1]  Telah lewat takhrij haditsnya.

 

Hadits ke-30: Batasan-Batasan Allah Allah telah Menetapkan Kewajiban-kewajiban

عَنْ أَبِيْ ثَعْلَبَةَ الخُشَنِيِّ جُرثُومِ بنِ نَاشِرٍ رضي الله عنه عَن رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (إِنَّ اللهَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا، وَحَدَّ حُدُودَاً فَلاَ تَعْتَدُوْهَا وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلا تَبْحَثُوْا عَنْهَا) رَوَاهُ الدَّارُقُطْنِيّ وَغَيْرُهُ.

‘an abii tsa’labata khusyaniyyi jurtsuumibni naasyiirin rodhiyalloohu ‘anhu

Dari Abu Tsa’labah Al Khusyani Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu ‘anhu 

‘an rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola:

dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Innallooha farodho faro-idho fa laa tudhoyyi’uuhaa,

”Sesungguhnya Allah telah menetapkan berbagai kewajiban, maka janganlah kalian menyia-nyiakan kewajiban itu. 

wa hadda hudduu daa-an fa laa ta’taduuhaa wa harroma –asy-yaa-a fa laa tantahikuuhaa,

Dia telah menetapkan batasan-batasan hukum maka janganlah kalian melampuinya. Dia telah mengharamkan beberapa hal maka janganlah kalian melanggarnya. 

wa sakata ‘an –asy-yaa-a rohmatulakum ghoiro nisyaanin fa laa tabhatsa-u ‘anhaa  

Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga mendiamkan beberapa perkara sebagai bentuk rahmat (kasih sayang) bagi kalian bukan karena lupa, maka janganlah kalian membahasnya(mencari–cari hukumnya).“ 

( HR. Ad Daruquthni dan lainnya )[1]

[1]  Diriwayatkan oleh Ad Daruquthni dalam Sunannya (4/183-184), At Thabrani dalam Al Kabir (589) dan dalam Musnad Asy Syamiyyin (4/338), Abu Nu`aim dalam Al Hilyah (9/17), Al Hakim dalam Al Mustadrak (4/129) dan Al Baihaqi dalam Al Kubra (10/12).

 

Hadits ke-31: Buah Zuhud Perintah untuk Bersifat Zuhud

عَنْ أَبي العَباس سَهلٍ بنِ سَعدِ السَّاعِدي رضي الله عنه قَالَ: أتى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ: دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ، وَأَحبَّنِيَ النَاسُ؟ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: (ازْهَدْ فِي الدُّنيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وازْهَدْ فيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ) حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهَ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ.

‘an abiil abbaas sahlin ibni sa’adis sa’idi rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

-atiin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama rojulun fa qoola:

Seseorang telah datang kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  lalu mengatakan:

yaa rosuulalloohi, dulanii ‘alaa ‘amalin idzaa ‘amilatuhu –ahabbaniyalloohu wa –ahabbaniyaanaasu ?

Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah subhanahu wa ta’ala dan manusia mencintaiku

Fa qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama : izhad fiid dunyaa yuhibbakalloohu wa izhad fiimaa ‘indan naasi  yuhibbakan naasu.

maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mencintaimu dan bersikaplah zuhud engkau terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.”

 ( Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya dengan sanad yang hasan )[1]

[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4102), Ath Thabrani dalam al Kabir (5972), Abu Nu’aim dalam al Hilyah (3/253) dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (7/344).

 

Hadits ke-32: Tidak Ada Bahaya dan Tidak Boleh Membahayakan Larangan Membahayakan Diri dan Orang Lain

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

[حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالدَّارُقُطْنِي وَغَيْرُهُمَا مُسْنَداً، وَرَوَاهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضاً]

‘an abii sa’iidin sa’dubni sinaanil khudrii rodhiyalloohu ‘anhu:

Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahuanhu,

Inna rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

laa dhororo wa laa dhiroro

“Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain“

(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta selainnya dengan sanad yang bersambung, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattho’ secara mursal dari Amr bin Yahya dari bapaknya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dia tidak menyebutkan Abu Sa’id. Akan tetapi dia memiliki jalan-jalan yang menguatkan sebagiannya atas sebagian yang lain).[1]

[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2341), Ahmad dalam Al Musnad (1/313), Abu Ya’la dalam Musnadnya (4/397), Ath Thabrani dalam Al Kabir (11086 ) dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan diriwayatkan dari hadits Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak (2/66), Ad Daruquthni dalam Sunannya (3/77), Al Baihaqi dalam Al Kubra (6/69). Diriwayatkan pula oleh Malik dalam Muwatha’nya secara mursal (2/745).

 

Hadits ke-33: Bukti Wajib Bagi Penuntut Penuntut Harus Membawa Bukti

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: “لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ لاَدَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَومٍ وَدِمَاءَهُمْ، وَلَكِنِ البَيِّنَةُ عَلَى المُدَّعِي، وَاليَمِيْنُ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ” حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ اْلبَيْهَقِيّ وغيره هَكَذَا بَعْضُهُ فِيْ الصَّحِيْحَيْنِ.

 

‘an ibni abbaasin rodhiyalloohu ‘anhumaa ,

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

Inna rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

lau yu’thiin naasu bida’waahum laad da’aa rijaalun –amwali qoumin wa dimaa-ahum

”Seandainya setiap orang diberikan(dikabulkan) sesuai dengan pengakuannya (tuntutannya) tentunya akan banyak orang yang menuntut harta dan darah suatu kaum.

Wa lakini bayyinata ‘alaa mudda’ii , wa yamiinu ‘alaa man –ankari   

Akan tetapi bukti itu harus ditegakkan oleh orang yang menuntut dan sumpah itu wajib diberikan oleh orang yang mengingkari(tuduhan).” 

(Hadits hasan diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan selainnya dengan lafazh seperti ini. Sebagian lafadznya terdapat dalam shahih Al Bukhari dan Muslim)[1]

[1]  Diriwayatkan oleh Al Baihaqi (10/252) dan sebagiannya oleh Al Bukhari (2514, 2668 dan 4552) dan  Muslim (1711).

 

Hadits ke-34: Merubah Kemungkaran Kewajiban Mengingkari Kemungkaran

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

[رواه مسلم]

‘an abii sa’iidil khudrii rodhiyalloohu ‘anhumaa ,

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

Sami’tu rosuululloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallam yaquulu

 ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Man ro-a minkum munkaro falyughoyyirhu bi yadihi, fa in lam yastathi’ fa bi lisaanihi, fa in lam yastathi’ fa bi qolbihi  ~ wa dzalika –adh’aful iimaani

”Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah–lemahnya iman.” 

(HR. Muslim).[1]

[1]  Diriwayatkan oleh Muslim (49)

 

Hadits ke-35: Hamba-Hamba Allah adalah Bersaudara Sesama Muslim adalah Saudara

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

[رواه مسلم]

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :

qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Laa tahaasaduu, wa laa tanaajasyuu, wa laa tabaaghoduu, wa laa tadaabaru   

Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan.

Wa laa yabi’ ba’dhukum ‘alaa bai’ ba’dhiin

Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain.

Wa kuunuu ‘ibaadalloohi -ikhwanaa 

Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.

Al muslimu akhuul muslimi ~ laa yazhlimuhu, wa laa yakhdulahu, wa laa yakdzibuhu, wa laa yahkiruhu 

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya.

At taqwaa hahunaa – wa yusyiiru ilaa shodrihi tsalaatsa marrotin

Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali).

Bi hasabi –amriyiin minasy syarii –an yahqiro akhoohul muslima 

Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim.

Kullul muslimi ‘alaal muslimi haroomun daamuhu wa maaluhu wa ‘irdhuhu

Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya 

(HR. Muslim)[1]

[1]  Diriwayatkan oleh Muslim (2564)

 

Hadits ke-36: Keutamaan Akhlak dan Ilmu Balasan itu Sejenis dengan Amalan

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَريقَاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيتَدَارَسُوْنَهَ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ .رَوَاهُ مُسْلِمٌ بِهَذَا اللَّفْظِ.

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Man naffasa ‘an mu-minin kurbata min kurobid dunyaa naffasalloohu ‘anhu kurbata min kurobi yaumil qiyaamati

“Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari  kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat.

Wa man yassaro ‘alaa mu’assirin yassarillaahu ‘alaihi fiid dunyaa wal aakhiroti  

Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat.

Wa man satoro muslimaan satarohulloohu fiid dunyaa wal akhiroti

Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.

Walloohu fii ‘aunil ‘abdi maa kaanal ‘abdu fii’auni -akhiihi

Dan Allah  akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.

Wa man salaka thoriiqoon yaltamisu fiihi ‘ilmaan sahhalillaahu lahu bihi thoriiqoon ilaal jannati

Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.

Wa maa –ajtama’a qoumun fii baitin min buyuutillaahi yatluuna kitaaballoohi wa yatadaaro suunaha bainahum illaa nazalat ‘alaihimus sakiinata wa ghosyiiyathumur rohmaatu wa haffathumul malaa-ikatu wa dzakarohumulloohu fiiman ‘indahu

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah–rumah Allah (masjid), membaca kitabullah, saling mengajarkan di antara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat dan dinaungi oleh para malaikat serta Allah akan menyebut–nyebut mereka di hadapan makhluk yang berada di sisiNya.

Wa man batho-a bihi ‘amalahu lam yusri’ bihi nasabahu    

Barangsiapa yang lambat dalam beramal, sungguh garis nasabnya tidak akan bisa membantunya.” 

(HR. muslim dengan lafazh ini).[1]

[1]  Diriwayatkan oleh Muslim (2699)

 

 

Hadits ke-37: Kebaikan dan Keburukan Amalan Kebaikan itu Dilipatgandakan

عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ رسول الله صلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ: (إِنَّ الله كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ؛ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمائَةِ ضِعْفٍ إِلىَ أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ. وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ له سَيِّئَةً وَاحِدَةً) رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

‘an ibni abbaasin rodhiyalloohu ‘anhumaa ,

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

‘an rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama fiimaa yarwiihi ‘an robbihi tabaaroka wa ta ‘aalaa

dari Rasulullah, beliau bersabda tentang sesuatu yang beliau riwayatkan dari Rabbnya Tabaraka wa Ta’ala: 

Innallooha katabal hasanati  was sayyi-ati , tsumma bayyana dzalika

“Sesungguhnya Allah menetapkan adanya kebaikan dan kejelekan, kemudian Dia menjelaskannya.

Fa man hamma bi hasanatin falam ya’malahaa katabahaalloohu ‘indahu hasanatun kaamilatun

Barangsiapa yang berniat untuk mengerjakan amal kebaikan namun belum terlaksana, maka Allah akan catat baginya satu kebaikan yang sempurna.

Wa in hamma bihaa fa’amilahaa katabahaalloohu ‘indahu ‘isyro hasanaatin ilaa sab’i maa-ati dhi’fin ilaa –adh’aafin katsirotin

Dan jika dia berniat untuk kebaikan dan mengerjakannya,  maka Allah akan catat baginya dengan 10 kebaikan hingga 700 kali lipat, bahkan sampai berlipat–lipat banyaknya.

Wa in hamma bi sayyi-atin falam ya’malahaa katabahaalloohu ‘indahu hasanatun kaamilatun

Sebaliknya, apabila dia berniat untuk mengerjakan amalan kejelekan namun belum terlaksana, maka Allah akan catat baginya satu kebaikan yang sempurna.

Wa in hamma bihaa fa’amilahaa katabahaalloohu lahu sayyi-atan waahidatan

Dan apabila dia berniat untuk kejelekan dan mengerjakannya, maka Allah akan mencatat baginya satu kejelekan saja.” 

(HR.  Al Bukhari dan Muslim).[1]

[1]  Diriwayatkan oleh al Bukhari (6491) dan Muslim (131)

 

Hadits ke-38: Keutamaan Wali Allah Cara Mendapatkan Kecintaan Allah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيَّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ) رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ

‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Innallooha ta’aalaa qoola : man ‘aadaa li waliyyaan faqod –adzantuhu bil harbi

 “Sesungguhnya Allah berfirman: ”Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Wa maa taqorroba ilayya ‘abdii bi sya-iin –ahabba ilayya mimmaaf tarodhtuhu ‘alaihi

Tidaklah seorang hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan sesuatu yang lebih  Aku cintai daripada hal–hal yang telah Aku wajibkan baginya. 

Wa laa yazalu ‘abdii yataqorrobu ilayya bin nawafili hatta –ahibbahu

Senantiasa hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan amalan–amalan nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya. 

Fa –idzaa –ahbatuhu kuntu sam’ahul ladzii yasma’u bihi, wa bashorohul ladzii yubshiru bihi, wa yadahul latii babthisyu bihaa, wa rijlahul latii yamsyii bihaa

Apabila Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang dia gunakan untuk memegang  dan Aku menjadi kakinya yang dia gunakan untuk melangkah.

Wa la-in saa-alnii laa ‘athiyannahu , wa la-in –asta’aadzanii laa ‘iidzannahu

Jika dia meminta kepada–Ku pasti Aku memberinya dan jika dia meminta perlindungan kepada–Ku pasti Aku akan melindunginya.”

 (HR. Al Bukhari).[1]

[1]  Diriwayatkan oleh al Bukhari (6502)

 

Hadits ke-39: Tiga Hal yang Allah Maafkan Allah Mengampuni Siapa yang Tersalah dan Lupa

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَال: (إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ) حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَاْلبَيْهَقِيّ وَغَيْرُهُمَا.

‘an ibni abbaasin rodhiyalloohu ‘anhumaa ,

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

‘an rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama qoola :

bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Innallooha tajaawaza lii ‘an –ammatiil khotho-a wan nisyaana wa maas tukrihu ‘alaihi

“Sesungguhnya Allah membiarkan(mengampuni) kesalahan dari umatku akibat kekeliruan dan lupa serta keterpaksaan.” 

(Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al Baihaqi serta selain keduanya).[1]

[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2045), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (16/202), Ath Thabrani dalam al Kabir (11274), Al Hakim dalam al Mustadrak (2/216) , Ad Daruquthni dalam Sunannya (4/170) dan Al Baihaqi dalam al Kubra (7/356).

 

Hadits ke-40: Hiduplah Laksana Musafir

عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .

[رواه البخاري]

‘an ibni ‘umar rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola :

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:

Akhodza rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama bimankibayya fa qoola :

“Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku seraya bersabda: 

Kun fiid-dunyaa kaa-annaka ghoribun au ‘aabiru sabiilin

Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “,

Wa  kaanabnu ‘umaro rodhiyalloohu ‘anhumaa yaquulu :

Ibnu Umar berkata :

idzaa –amsaita fa laa tantazhirish shobaaha, wa idza asbahta fa laa tantazhiril masaa-a , wa khudz min shihatika li marodhika, wa min hayaatika li mautika

Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu (HR. Al Bukhari).[1]

[1]  Diriwayatkan oleh al Bukhari  (6416)

 

Hadits ke-41: Mengikuti Syariat adalah Tiang Keimanan Hingga Hawa Nafsunya Mengikuti Apa yang Aku Bawa

 

عَنْ أَبِيْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بِنِ عمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : “لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَواهُ تَبَعَاً لِمَا جِئْتُ بِهِ” حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ رَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

‘an abii muhammadin abdillaahibni  amri wabni ‘aashi  rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola :

 “Dari Abu Muhammad Abdullah  bin Amr bin Al Ash radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Laa yu-minu –ahadukum hatta yakuuna hawaahu taba’aan limaa ji-tu bihi

”Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mau mengikuti apa yang aku bawa.” 

(Hadits hasan shahih, kami telah meriwayatkannya dari kitab Al Hujjah dengan sanad shahih).[1]

[1] Diriwayatkan oleh Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (1/212) , Ibnu Abi ‘Ashim dalam as Sunnah (1/12), Al Baihaqi dalam al Madkhal Ilas Sunnan al Kubra (1/88) dan dia berkata: ”Nu’aim bin Hammad bersendirian dalam meriwayatkan hadits ini”, Al Khatib dalam Tarikh al Baghdad (4/368). Lihat kritikan tentang lemahnya hadits ini dalam Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam (hal 387–388).

 

Hadits ke-42: Luasnya Ampunan Allah Allah Maha Pengampun

 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: قَالَ اللهُ تبارك و تَعَالَى: “يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فيك وَلا أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آَدَمَ لَو بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ و لا أبالي، يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لقِيْتَنِيْ لاَتُشْرِكُ بِيْ شَيْئَاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغفِرَةً” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحَيْحٌ.

 

‘an anasibni maaliki rodhiyalloohu ‘anhu qoola :

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

Sami’tu rosuulalloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallam yaquulu

‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Qoolalloohu tabaaroka wa ta’aalaa :

 “Allah berfirman: 

Yaabna –adama innaka maa da’autanii ghofartu laka ‘alaa maa kaama fayka wa laa –abaalii

”Wahai Bani Adam, sesungguhnya jika engkau senantiasa berdoa dan berharap kepada–Ku niscaya Aku akan mengampunimu semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak peduli.

Yaabna –adama lau balaghot dzunuubuka ‘anaanas samaa-i  tsummas taghfir tanii ghofartu laka wa laa –abaalii

Wahai anak Adam kalau seandainya dosamu setinggi langit, kemudian engkau memohon ampun kepada– Ku, niscaya aku akan memberikan ampunan kepadamu dan Aku tidak peduli.

Yaabna –adama innaka lau taitanii biquroobil ardhi khothooyaa tsummal qiitanii laa tusyriku bi syai-an  la-ataituka bi quro bihaa maghfirotan

Wahai anak Adam seandainya engkau menghadap kepada–Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau berjumpa dengan–Ku dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” 

(HR. At Tirmidzi, dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)[1]

[1] Diriwayatkan oleh At Tirmidzi (3540), Ath Thabrani dalam al Ausath (4/315) dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu. Abu Isa (At Tirmidzi ) berkata: “Ini adalah hadits gharib (diriwayatkan dengan 1 jalan), tidaklah kami mengetahuinya kecuali hanya dari jalan ini.” Diriwayatkan juga dari shahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu oleh Ahmad dalam Musnadnya (5/148), Ad Darimi (2788), Al Bazzar (9/403), Al Hakim dalam al Mustadrak (4/269), dan dia berkata: “Hadits ini sanadnya  shahih namun Al Imam Al Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya.